Pemanfaatan Agama Islam untuk Kepentingan Individu dan Kelompok

Agama Islam diturunkan dari tanah Arab dimana budaya masyarakatnya hidup dalam kondisii budaya jahiliyah dan kekerasan.  Oleh karena itu, agama islam diturunkan bertujuan untuk dapat meperbaiki budaya jahiliyah menjadi lebih baik menjadi perekat kedamaian.  Untuk memperbaiki kondisi budaya yang sudah buruk tersebut nabi  Muhammad SAW menghapadi penuh tantangan dan kekerasan dari masyarakat yang sudah terbiasa dengan budaya mereka pada saat itu. Sangat sedikit sekali yang mau mendengarkan dan menjadi pengikut nabi pada saat pertama kali menyampaikan dakwanya sehingga kemudian Beliau terpaksa mengungsi ke Madina.

Kultur masyarakat Arab yang pada zaman jahiliyah dan penuh dengan kekerasan menjadikan Agama Islam adalah agama yang mengajarkan kedamaian pada masyarakat Arab dan kepada seluruh umat manusia, sekaligus agama yang rasional dalam menyikapi perdamaian itu. Tetapi didalam dakwahnya nabi Muhammad SAW mengahadapi kaum kafir Arab yang sangat keras dan memerlukan perjuangan untuk mempertahankan keselamatan diri dan umatnya dengan cara berperang, banyak sekali peperangan selama dalam kurun waktu 22 tahun masa dakwah.

Agama Islam Dimanfaatkan Kelompok Ektrims
Tetapi disini penulis tidak menulis kisah-kisah peperangan tersebut, meskipun peperangan tersebut dilakukan oleh nabi Muhammad SAW tetapi saya penulis tidak hafal dan hanya membaca sejarah peperangan tersebut sekilas saja, karena penulis adalah seorang anti kekerasan dan lebih menyukai kehidupan yang damai.
Dari sejarah perjuangan Nabi Muhammad SAW  tersebut sehingga pada saat ini banyak dimanfaatkan oleh kelompok-kelompok ektrim untuk untuk menjalankan aksi kekerasannya dengan bertamengkan Agama Islam sehingga mendapatkan banyak pengikut dan dukungan dari kalangan umat islam yang dapat mereka bodohi dengan janji-janji manis surga  dengan dipenuhi bidadarinya bagi mereka yang mati sahid saat menjalankan aksi kekerasan membunuh sesame umat manusia baik kaum kafir maupun saudara sesame kaum muslimin dengan sangat keji dan tidak ada rasa kasihan.

Seandainya pengikut kelompok ektrim tersebut berpikir dan membaca hadist yang berbunyi “Suatu Amalan tidak dihisab jika Amalan tersebut tidak diniatkan keridhoaannya karena Allah dan Amalan tanpa ada asal-usulnya/perintah dari Al-Qur'an dan Hadist akan ditolak”. Mereka dicekoki dengan iming-iming surge dan bidadari sehingga mereka melakukan perbuaatan kekerasan membunuh sesame manusia seolah-olah beramal dan menegakkan Agama Islam tetapi niatnya hanyalah imbalan yang tidak lepas dari hawa nafsu birahi belaka, apakah amalan itu akan diterima?jawabnya pastilah tidak jika kita berlandaskan dari hadist tersebut, melainkan amalan kekerasan mereka pastilah dibalas dengan api neraka jahanam.

Sebenarnya misi semua agama adalah untuk berbuat kebaikkan dan kedamaian, Misi Agama Islam juga  agama yang cinta damai. Namun hingga kini masih sering muncul sebuah pertanyaan yang cukup mengganggu pikiran, " Benarkah agama Islam mencintai perdamaian? "
Tidak dapat dipungkiri, ada ajaran agama Islam yang cenderung meyakinkan, bahwa Islam tidak menekankan damai dengan orang lain. Ajaran-ajaran ini ditekankan oleh sebagian umat Muslim yang menyukai kekerasan.  Nurani non-Islam terusik pada kenyataan bahwa banyak terdapat ayat Al-Quran yang memerintahkan Muslim memerangi non-Muslim.

Ada  beberapa Ayat-Ayat Al-Quran yang Memberi Kesan Islam tidak suka damai
"Dan bunuhlah mereka (orang-orang kafir) dimana saja kamu jumpai mereka . . . . " (Qs 2:191).
"Maka berperanglah kamu pada jalan Allah . . . Kobarkanlah semangat para mukmin (untuk berperang). . . . ." (Qs. 4:84).
"Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah . . . . dan tidak beragama dengan agama yang benar (Islam)....." (Qs. 9:29).
" Apabila sudah habis bulan-bulan Haram maka bunuhlah orang-orang musyrikin itu di mana saja kamu jumpai mereka . . . . . " (Qs 9:5).
". . . berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik itu, dan bersikap keraslah terhadap mereka. . . . . ." (Qs. 9:73).

Tetapi selain Ayat-ayat tersebut diatas ada juga ayat yang menekankan kedamaikan antara umat beragama yaitu surata al kafirun :

“Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku” (Al kafirun ayat : 6)

Ayat tersebut menjelaskan tentang supaya umat  Muslim jangan saling usik tentang urusan beragama terhadap umat non-Muslim (kafir). Tetapi bagi kelompok-kelompok muslim ektrim,  mereka tidak mempedulian ayat 6 surat al-kafirun tersebut, mereka tidak pernah berpikir yang jernih padahal di al-Qur’an banyak sekali ayat yang mengulang-ngulang kalimat “bagi kaum yang mau berpikir”. Wajar saja mereka tidak mau berpikir karena sebagian besar dari pengikut kelompok-kelompok ektrim yang mengatas namakan Agama Islam berasal dari golongan yang pada awalnya tidak mengerti Agama Islam sama sekali. Pikiran mereka baru terbuka mengenal agama pada usia yang sudah dewasa dan baru mengenal huruf hijaiyah dari alif, ba, tsah bukan dari usia dini. Ilmu pengetahuan mereka masih sangat sedikit sekali, dan kebanyakan diajarkan tentang jihad dengan jalan yang salah Jadi ibaratkan orang yang baru belajar silat dengan ilmu yang masih sedikit mereka berani tampil dan menyerang senior-senior yang sudah tampak kalem karena keberatan memikul ilmu yang sudah banyak. Seperti ilmu padi “Semakin berisi semakin merunduk”, dan seperti pepatah “Tong Kosong nyaring Bunyinya”. Merekat belajar dari guru yang salah, dan berkedok agama dengan penampilan jenggot yang panjang, besorban, baju gamis serta berdarah timur tengah. Semua ucapan yang keluar dari mulut guru ditelan mentah-mentah tanpa dipikirkan lagi baik-buruknya karena sudah terpengaruh dengan penampilan tersebut.

Munculnya Islamic State of Iraq and Sham/Syria (ISIS) atau dalam bahasa Arabnya al-Dawlah al-Islamiyah fi al-Iraq wa al-Syam (Daisy) adalah gerakan ekstremis lain yang mengatasnamakan Islam. Dampaknya, wajah Islam tampak hanya kemarahan dan kebiadaban. Di Indonesia, individu-individu pendukung yang berperan mewujudkan visi global ISIS adalah orang-orang yang tidak mengerti geopolitik dan budaya Arab, khususnya Irak dan Suriah.

Bagi Indonesia yang merupakan negara dengan muslim terbanyak di dunia, keberadaan ISIS dapat mengancam keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dia bertentangan dengan ideologi Pancasila dan semangat ukhuwah islamiyah yang selama ini menjadi ciri khas beragama masyarakat Indonesia yang dipandang toleran.

Agama Islam sebagai Alat Politik
Pada awal kemerdekaan banyak sekali partai-partai yang menjadikan Agama Islam sebagai alat politik. Mereka mendirikan partai dengan berasaskan Islam karena dipikir bias mendulang suara yang besar karena penduduk Indonesia mayoritas Islam. Karena aturan undang-undang semua partai yang menganut asas islam disatukan dan berdirilah satu partai Islam yaitu PPP. Tetapi pada kenyataannya setiap pemilihan umum perolehan suara partai Islam ini tidaklah sebanding dengan mayoritas penduduknya yang beragama Islam. Ini menunjukkan bahwa rakyat Indonesia dalam memilih tidaklah terpikat dengan yang namanya Islam.

Kemudian pada masa setelah reformasi tahun 1998, partai berasaskan Islam terpecah lagi menjadi banyak partai. Ini terjadi banyaknya perbedaan pikiran dan nafsu para pengelolah partai untuk menjadi pemimpin. Bahkan calon wakil presiden waktu itu diambil dari ketua PBNU yang merupakan ormas Islam terbesar di Indonesia. Tetapi setelah dilakukan pemilihan, daya pikat logo Islam tetap masih tidak terpengaruh bagi rakyat Indonesia. Ini artinya rakyat Indonesia tidak akan dipengaruhi oleh toko-toko Islam yang memanfaatkan agama Islam dari segi politik. Kegagalan pemanfaatan Agama Islam dari dunia politik tidak akan mempengaruhi persatuan NKRI tetapi yang lebih berbahaya jika yang kalah tersebut memaksakan diri untuk mengubah NKRI yang berasaskan Pancasila menjadi Negara Islam dengan cara menumbangkan kekuasaan. Seperti kasus penistaan agama yang baru-baru ini, dinilai sudah dimanfaatkan  sekelompok orang untuk kembali berjuang membentuk suatu Negara Islam di Indonesia.

Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia (Lakpesdam) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menilai kasus dugaan penistaan agama yang dilakukan Gubenur DKI Jakarta non aktif Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) adalah kasus kecil yang sebenarnya tidak perlu diributkan. Kalaupun dipersoalkan, tinggal diselesaikan melalui proses hukum yang berlaku.

Namun kasus ini menjadi ramai dan besar karena dipakai sekelompok orang sebagai pintu masuk membangkitkan kembali cita-cita dan perjuangan membentuk negara Islam. Kasus itu menjadi momentum untuk perjuangan menjadikan bangsa ini sebagai negara Islam. "Ini pintu masuk bagi kelompok yang ingin mendirikan negara Islam. Ini yang berbahaya dan patut diwaspadai," kata Ketua Lakpesdam PBNU Rumadi Ahmad dalam seminar bertema Kebhinekaan Dalam Perspektif Konstitusi UUD 1945 di Jakarta, Rabu (23/11).




Latest


EmoticonEmoticon